Galang, begitu sapaan akrabnya. Dia adalah teman sekamar saya saat tinggal di dormitory selama kurang lebih 2 bulan ini. Di sela kesibukan, kami berdua memutuskan untuk melakukan perjalanan ke sebuah kota bernama Daegu yang akan ditemani seorang teman Korea yang juga tinggal di kota tersebut. Cheol panggilanya. Itenerary pun kami siapkan agar perjalanan ini tak terasa membosankan dan kehilangan arah. Ini bukan kali pertama saya berkunjung ke kota Daegu. sebelumnya juga saya pergi ke daegu bersama teman - teman yang lain.
Begitu tiba di Gumi Station, kami bergegas memasuki stasiun dan membayar tiket 2,300 won per orang. Perjalanan kami pun dimulai dari stasiun ini. Perjalanan menuju kota Daegu tak terlalu lama, hanya 30 menit dan kami pun tiba di Daegu Station. Udara diluar sangat dingin, sekitar 0 hingga -2 derajat celcius. Cukup sulit bagi kami yang terbiasa dengan udara tropis yang hangat.
Kamipun bergegas menuju tempat pertama yaitu taman kota dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Di taman ini terdapat bangunan kuno khas korea yang terlihat dirawat dengan baik. Saya temui sebagian besar pengunjung di taman ini adalah para lansia. saya sempat berpikir mungkin tempat seperti ini sudah bukan menjadi tujuan para anak muda Korea saat ini, tapi entahlah. Saya lihat dari kejauhan tampak seorang pria bersama dengan dua orang anaknya yang sedang bermain. Sayapun langsung mengarahkan kamera yang saya bawa pada salah satu anak itu yang tengah asyik bermain di taman berlarian mengejar burung dara di taman tersebut.
Salah satu museum di Korea |
Tak jauh dari taman ini terdapat sebuah museum yang cukup besar. Dalam museum ini tersimpan berbagai benda peninggalan kerajaan Daegu yang masih terawat. Tak dikenakan tarif jika ingin mengunjungi museum ini. Salah satu keunikan Korea yaitu jarang memberikan tarif untuk tempat wisata seperti museum yang kami kunjungi. Berbeda dengan negara asal saya Indonesia yang mungkin hanya sebagian museum saja yang masih terawat dengan fasilitas seadanya.
Trotoar sekitar kota Daegu |
Setelah mengelilingi museum, kami bergegas menuju tempat berikutnya yang berlokasi tak jauh dari museum ini. Kebun binatang, ya itulah tujuan selanjutnya. Kami menyusuri trotoar sambil menikmati suasana kota yang dingin. peta yang kami bawa ternyata tak cukup akurat untuk menuntun kami menuju kebun binatang yang kami tuju. Saya berhenti tepat di depan sebuah toko furniture dan kemudian mulai berdebat dengan teman saya Galang untuk menentukan posisi kami saat itu. Hingga akhirnya seorang wanita paruh baya mendekat dan menyapa kami.
"Anyonghaseyo, _____"
"Anyonghaseyo, kami ingin pergi ke kebun binatang"
"Aaa, ayo masuk dulu, diluar sangat dingin"
Wanita itu mengajak kami masuk ke tokonya, benar saja di dalam sangat hangat dengan pemanas yang dinyalakan. Kemudian dengan pelan wanita paruh baya itu menjelaskan posisi kami dan memberikan arah menuju lokasi kebun binatang yang kami tuju. Wanita itu sangat ramah, dia juga menanyakan mengapa kami berada di Korea dan kami jelaskan bahwa kami adalah pelajar yang berasal dari Indonesia. Wanita itu tampak sangat senang dapat membantu kami. Atas bantuannya akhirnya kami tiba di kebun binatang tak lebih dari 10 menit berjalan kaki. Gapura yang cukup tinggi dan terlihat dari kejauhan. tak salah lagi inilah kebun binatang yang kami tuju. Lagi - lagi tak dikenakan tarif sepeserpun saat kami memasuki kebun binatang ini.
Kami lanjutkan perjalanan menuju sebuah pasar traditional bernama pasar Seomun. Kami sempat kebingunang untuk mencari lokasi pasar tersebut. Sambil tetap berjalan berharap menuju arah yang benar kami melihat seorang pria tua di pinggir trotoar. Pria itu tampak lemah dan kotor. Entah apa yang saya pikirkan, saya hanya merasa kasihan melihat pria tua itu. sama seperti di Indonesia yang begitu banyak kita temui gelandangan di pinggir jalan yang tak tahu kemana arah hidupnya. Disaat kami merasa sudah cu sayap dekat ke lokasi pasar tiba - tiba seorang pria dengan perut agak buncit menyapa kami dengan ramah. Tak disangka ternyata pria itu dapat menggunakan bahasa Inggris dengan cukup fasih. Ia mengira kami bersasal dari Malaysia, kemudian saya jelaskan bahwa kami datang dari Indonesia sebagai seorang pelajar. Saya juga menyampaikan pada pria itu bahwa kami ingin pergi ke sebuah pasar traditional di Kota ini. Pria itupun menyadari bahwa kami sudah dekat ke lokasi pasar yang kami tuju. Dengan mengacungkan jari telunjuknya mengarahkan kami untuk menyeberang jalan melalui lorong bawah tanah tak jauh dari lokasi kami berdiri saat itu. Saya dan Galang bergegas menuju lorong itu dan menyeberang jalan, tiba - tiba kami dengar suara klakson mobil yang sangat kencang.
Menikmati teh khas Korea |
Saya sangat kaget karena di Korea jarang sekali terdengar suara klakson kendaraan. Ternyata tepat di tengah jalan, tampak seorang pria ingin menyeberang begitu saja, namun pria itu tampak ngotot dan memarahi si pengemudi mobil karena tidak memberikannya jalan untuk menyeberang. Untung saja di sekitar jalan tersebut, terdapat beberapa Polwan yang sedang berjaga, diajaklah pria itu untuk menyingkir dari jalanan agar tidak membuat macet. Beranjak dari tempat tadi kami pun menemukan pasar Seomun. Kami berjanji dengan teman Korea akan bertemu di pasar ini untuk menikmati teh khas korea. Tak sampai 10 menit menunggu, Ia pun datang.
to be continued...